Postingan

Browsing Artikel: Sastra
Tunjukkan semua

Unsur-unsur Intrinsik Puisi

Unsur-unsur Intrinsik Puisi - Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsik suatu puisi meliputi: Tema (sense) adalah gagasan utama dari puisi baik yang tersirat maupun tersurat. Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. Amanat (intention) atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Nada (tone) , yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain. Rasa atau emosional adalah sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, keheranan, kesedihan, kemarahan atau yang lain. Perasaan (feeling) adalah sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Enjambemen adalah pemotongan k

Sastra Daerah dalam Konteks Kebudayaan Daerah dan Nasional

1.4    Sastra Daerah dalam Konteks Kebudayaan Daerah dan Nasional Sebagai sebuah produk budaya, eksistensi sastra daerah tidak dapat dilepaskan dari konteks kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Dalam konteks kebudayaan daerah, sastra daerah dijadikan sebagai wahana ekspresi budaya daerah (Zaidan, 2000:123). Dengan demikian, substansi sastra daerah tidak lain merupakan corak kebudayaan suatu daerah tertentu.     Seperti halnya sastra pada umumnya, sastra daerah diciptakan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hanya saja, sastra daerah diciptakan oleh masyarakat di suatu daerah dengan menggunakan bahasa daerahnya tersebut. Penggunaan bahasa daerah inilah yang menjadi salah satu indicator sastra daerah. Bahasa daerah yang digunakan umumnya masih menggunakan bahasa daerah asli. Oleh karena itu, ketika ingin memahami arti atau makna bahasa dalam sastra daerah, terkadang kita diperhadapkan dengan kosakata-kosakata yang sulit dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Untuk

Kedudukan Sastra Daerah

1.3    Kedudukan Sastra Daerah Sastra, khususnya sastra daerah tidak dapat dilepaskan eksistensinya dari konteks kebudayaan. Secara hirarki, sastra merupakan bagian dari unsur kebudayaan. Walaupun demikian, antara sastra dan kebudayaan, menurut padangan Kutha Ratna (2007:9), baik secara terpisah, yaitu ‘sastra’ dan ‘budaya’, maupun sebagai kesatuan, selalu dikaitkan dengan nilai-nilai positif. Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yang merupakan berntuk jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Koentharaningrat (1990:180) member batasan, kebudayaan adalah, “Seluruh gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Konsep ini tampaknya sepadan dengan pandangan Ember dan Ember (2006:18) bahwa kebudayaan merupakan cara berlaku yang dipelajari. Pandangan lain seperti dikemukakan oleh Hasibuan (2002:125) bahwa kebudayaan adalah hasil karya akal dan budi manusia seperti y

Tujuan Mempelajari Sastra Daerah

1.2    Tujuan Mempelajari Sastra Daerah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kesistensi sastra daerah baik di daerah tempat sastra itu tumbuh dan berkembang, serta di Indonesia pada umumnya semakin terisolasi. Sitanggang (1998:226) melihat bahwa ada beberapa factor penghambat perkembangan dan pengembangan kehidupan sastra daerah. Generasi muda kurang menaruh minat terhadap sastra daerah karena dianggap sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman. Generasi muda cenderung kurang menguasai bahasa daerahnya secara baik dan benar. Generasi muda, termasuk orang tua yang sudah lama tinggal di Kota/perantauan, cenderung menguasai sastra daerah yang ditampilkan seperti dalam kegiatan/upacara adat. Generasi muda cenderung merasa lebih bangga atau bergengsi menguasai bahasa Indonesia daripada menguasai bahasa daerah. Media massa (majalah dan surat kabar) yang berbahasa daerah tidak ditemukan atau tidak berkembang denga baik sebagaimana media massa yang berbahasa Indonesia.

Hakikat Sastra Daerah

1.1Hakikat Sastra Daerah Berdasarkan letak dan kedudukannya, sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sastra dunia, sastra nasional, dan sastra daerah. Sastra dunia (world literature) merupakan ragam sastra yang menjadi milik berbagai bangsa di dunia dan yang karena penyilangan gagasan yang timbale balik memperkaya kehidupan manusia (Sudjiman 2006:72). Sastra nasional merupakan gendre sastra yang ditulis dalam bahasa nasional dan bertema universal (Zaidan, dkk, 2000:183), sedangkan sastra daerah adalah genre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal (Zaidan, dkk, 2000:181). Salah satu ragam sastra yang tersebar luas dan dimiliki oleh hampir setiap daerah di dunia, khususnya di Indonesia, adalah ragam sastra daerah. Setiap daerah di Indonesia yang mempunya khasanah kebudayaan daerah sendiri dengan cirri keragaman bahasanya, mempunyai ragam sastra daerah sendiri pula. Sebagai contoh, daerah Gorontalo yang memiliki khasanah budaya daerah sendiri dengan bahas